Cerpen : R Giryadi
Aku tidak tau, apakah sudah sampai Jakarta atau belum, setelah melompat dari kereta barang yang kutumpangi sebelum benar-benar berhenti di stasiun. Aku tidak tahu, apakah ini stasiun atau sarang monster. Tiba-tiba saja, orang-orang menyerbu seperti kelelawar, menawarkan jasa. Jasa apa saja!
“Kalau pingin dirampok, naik taksi saya!”
“Kalau pingin penginapan dengan jasa plus-plus, ikut saya!”
“Mau diantar kemana, Om? Lewat laut, darat, atau udara?”
“Kalau mau selamat, naik mobil pejabat. Bebas macet!”
“Kalau tidak mau kehilangan nama sia-sia, bayar asuransi dulu?”
“Aku mencari anakku yang hilang?” kataku, di antara suara riuh rendah, iklan-iklan jasa yang mengharu biru telinga.
“Mencari orang hilang? Bukan disini tempatnya? Disini emang tempat orang menghilangkan diri?”
Orang-orang tertawa riuh. Suara klenang-kleneng palang pintu berdengung-dengung. Lanjutkan membaca “Jakarta Sebelum 24 Jam”